Tulisan ini saya dapat dari kumpulan sebuah artikel-artikel panjang yang membahas semua tentang KOMUNIKASI, saya hanya sedikit menambah dan memindahkan bahasa artikel ini ke dalam bahasa yang dapat saya pahami, semoga yang baca juga ngerti yaaaaaa....... :) ^^v

Ilmu Komunikasi Masa Kini


.

Pernah nonton fim Negotiator? Apa sih sebenarnya tugas seorang negotiator? Pelobi atau negotiator adalah menangkap penjahat tanpa harus dengan baku senjata. Senjatanya hanyalah kemampuan berkomunikasi. Tanpa 'lie detector' misalnya, negotiator bisa mengetahui bahwa seorang penjahat berbohong, hanya melalui bahasa tubuhnya. Dengan kemampuan menyusun kata, hati penyandera bisa dilumerkan, kemudian dilakukan negosiasi. Melihat film ini seakan melihat prakteknya dari teori komunikasi.

Di dunia modern saat ini, tidak bisa tidak meninggalkan ilmu komunikasi. Untuk bisa meraih sukses maka seseorang harus trampil berkomunikasi. Presiden-presiden AS bisa menjadi contoh dalam hal berkomunikasi. Abraham Lincoln misalnya, yang dikenal sebagai jago persuasi. Lain lagi ketika berbicara dengan Ronald Reagan maka seakan kita telah berjasa baginya. Pun begitu dengan Clinton. Ketika Anda berbicara dengan Clinton, maka seakan kita lebih hebat darinya. Ini dipakai para mantan presiden Amrik tersebut untuk menarik simpati dari pendukungnya. Hebat.

Di dunia bisnis juga demikian. Hermawan Kartajaya pandai sekali memuji lawan bicaranya. Kata 'luar biasa' sering terucap dari bibirnya. Berbicara dengannya tanpa terasa berat untuk mengemukakan segalanya. Bahkan rahasia perusahaan.

Lalu dimana mereka belajar berkomunikasi itu. Sebagian besar dari mereka memang belajar secara otodidak. Lincoln sampai umur 30-an masih luntang-lantung. Sampai suatu ketika karena dia bertikai dengan seseorang terpaksa dia belajar hukum. Namun dari pergaulanlah dia mahir berkomunikasi.

Tentu tidak semua orang bisa belajar dari pengalaman. Untunglah ilmu ini memang diajarkan secara formal di universitas. Banyak nama untuk ilmu ini di Indonesia. Imu publisistik, penerangan, komunikasi atau komunikasi massa.

Di Amerika ilmu komunikasi ini sudah demikian pesat. Karena kemajuan teknologi media massa dan perkembangan bisnis yang memayunginya. Ilmu komunikasi di sana sudah merupakan irisan dari berbagai disiplin ilmu. Anthropologi, Sosiologi, Psikologi, Marketing dan lainnya.

Di Indonesia tidak jauh berbeda. Meski dengan skala lebih kecil. Terlebih dengan regulasi UU dan semangat reformasi, kebebasan berpendapat menjadi lebih terjamin. Sehingga untuk mendirikan sebuah media massa misalnya, bukan hal yang susah.

Tak heran kalau kita melihat kios-kios majalah sudah demikian banyaknya media cetak yang terbit. Sampai segmen-segmen kecil sekarang sudah ada medianya. Tidak hanya 1 namun sudah beberapa pemain yang terlibat.

Demikian juga dengan dunia TV. Kin dan nantinya akan banyak bermunculan TV regional, di antaranya Riau TV, JTV, Bali TV, Lombok TV, dan TV daerah lain. Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh dunia pendidikan. Tak heran kalau kemudian komunikasi banyak dibuka di berbagai universitas swasta. Dalam lima tahun terakhir, di Surabaya saja sudah tiga universitas yang membuka jurusan Komunikasi Massa.

Para lulusan SMA juga sudah menjadikannya sebagai tujuan utama. Ilmu komunikasi di UNAIR misalnya, sudah menjadi pilihan pertama dalam formulir UMPTN mereka. 'Passing grade'nya sekarang malah tertinggi untuk ilmu-ilmu sosial. Luar biasa.

Namun dibalik prospek yang cerah tersebut, ada tantangan yang berat juga. Salah satunya kemajuan teknologi yang demikian pesat. Perkembangan internet dan teknologi digital adalah salah satunya. Perkembangan teknologi ini sedikit banyak mempengaruhi pola berpikir, berperilaku dan berkomunikasi.

Contoh sederhana adalah penggunaan handphone. Di mana sekarang untuk berkomunikasi menjadi lebih mudah. Contoh lain adalah pembuatan film. Dulu untuk membuat film haruslah perusahaan yeng memiliki dana besar dengan SDM yang banyak pula. Tapi kini setiap individu 0- asal punya uang - dapat melakukan hal itu. Lebih murah, lebih cepat dan bahkan lebih bagus.

Apakah dunia pendidikan tinggi sudah mempersiapkan hal ini ? Seperti menyiapkan laboratorium, mengenalkan teknologinya, mempersiapkan tenaga pengajar atau bahkan kurikulumnya.

Kalau tidak, peluang ini akan berlalu saja atau malah menjadi kesempatan bagi tenaga kerja asing. Apalagi dengan dibukanya perdagangan bebas Asean (AFTA) 2004 nanti. Sebuah peluang yang juga ancaman bagi ilmu komunikasi Indonesia.

Your Reply